Monday, April 30, 2007

Aku dan Anakku di Luar Nikah


Minggu lalu, aku dan nyonya berulang tahun bersamaan. Ulang tahun pernikahan tentunya. Wuih, tak terasa hidup bersama telah dilalui sejak tahun 1998.

Lumayan lama. Namun jujur saja rasanya kami masih serasa pengantin baru. Eit, maksud aku bukannya kami masih sangat super romantis, atau main peluk di sembarang tempat dan waktu. Serasa pengantin baru itu artinya kami masih hobi bertengkar, saling ngambeg, atau saling adu argumen sampai urat di leher nongol hanya untuk memutuskan apakah AC mau dibersihkan hari ini atau besok. Hahaha…

Hari ini pikiranku melayang ke sekian tahun lalu saat musti menjalani ujian kanonik, semacam uji fit and proper test yang dilakukan pastor terhadap setiap calon pasangan pengantin katholik. Pastor punya hak veto untuk membatalkan rencana pernikahan bila menurut penilaiannya, pasangan calon pengantin punya masalah, baik secara keimanan maupun hubungan sosial.

Untungnya, pastor penguji sudah kukenal baik. Dia pun mengenalku cukup mendalam termasuk koleksi dosa-dosaku selagi masih lajang.

Singkat cerita, bertemulah aku, calon isteriku dan pastor Kirun (begitulah umat biasa memanggil dia) di salah satu gereja di Solo. Di sanalah ujian kanonik bakal digelar.

“Aku musti nanya opo, Nang?” tanya Pastor Kirun sesaat setelah aku duduk di salah satu ruang di pastoran. Aku nyengir walau nyengirku masih kalah lebar dibandingkan nyengirnya pastor Kirun. Lha apa lagi yang mau ditanya? Hampir semua rahasiaku sudah dikantonginya. Diam-diam aku malah tertawa geli, ingat saat masih suka jalan bareng dengan Pastor Kirun yang kala itu masih jadi frater alias calon pastor. Saat-saat dimana kepala kami pening karena kekurangan dana untuk bikin acara anak-anak di gereja. Saking peningnya, kami sempat mengendap-endap ke warung yang jual SDSB, mau nyoba keberuntungan. Siapa tahu tembus. Hahaha…

“Yo wis lah.” Kata Pastor Kirun dengan gerakan badan mengusir aku dari ruangan. “Panggil bojomu masuk.”

Aku ganti keluar. Calonku pun masuk. Karena ujian kanonik selalu berlangsung empat mata, akupun duduk jauh di luar. Kebetulan memang tidak ada kursi di sekitar ruangan itu.

Apa yang ditanyakan Pastor Kirun kepada calon isteriku? Ini dia penuturan calon isteriku sambil dia mengelap keringat sebesar jagung yang meleleh di pipinya yang memerah padam:

“Halo..” sapa Pastor Kirun sambil menyalami calon isteriku.
“Ya, Romo. Halo juga.” Sahut calon isteriku.
Pastor Kirun berbasa-basi sebentar sebelum akhirnya memasang wajah serius.
“Dulu.., calon suamimu dan aku cukup akrab. Bahkan Anang sering tidur di pastoran. Kamu cukup mengenal dia?”
“Yah lumayan, Romo. Kami pacaran sekitar enam tahun.”
Pastor Kirun manggut-manggut. Cukup lama dia tidak berkata apa pun. Calon isteri saya tahu, kalau pastor di depannya memandam sesuatu.
“Kenapa, Romo?”
Pastor Kirun memandang calon isteri saya lekat-lekat.
“Kamu cukup mengenal teman-teman calon suamimu? Termasuk cewek-cewek yang dulu dekat dengan dia?” tanya Pastor Kirun hati-hati.
Calon isteriku tersenyum kecil. “Iya, Romo. Saya juga tahu kalau dia sudah ngentek-entekke (jawa= menghabis-habiskan) cewek mbuantul…”
Rupanya Pastor Kirun tidak tertarik dengan seloroh itu. Mimiknya makin serius.
“Anang juga cerita tentang si Bella Saphira (* nama samaran, tentu saja) ?”
“Yang anak fakultas Sastra, ya Romo? Kalau yang itu saya tau. Dia cewek sebelum saya…”
Pastor Kirun mengangguk.
“Kamu juga tahu kalau Bella Saphira sekarang punya anak?”
Calon isteriku mengangguk pelan. Kepalanya dimiringkan menanti kata-kata pastor berikutnya. Ada apa, sih romo? Teriaknya dalam hati!
“Setiap orang punya masa lalu, termasuk calon suamimu. Dan seringkali masa lalu itu bisa mengganggu janji pernikahan yang satu dan tak terceraikan…, jadi…”
“Jadi maksud Romo, anak itu adalah anak…”
“Gereja katholik memang keras soal larangan perceraian karena itu pikirkan lagi rencana kamu untuk…”
“Mo, bener ya anak itu …” Calon isteriku makin memucat wajahnya…
Pastor Kirun melempar senyuman. “Satu.. kosong…. Hahaha….” Pastor Kirun tergelak. Tubuhnya yang tambun terguncang-guncang.
Dasar Kirun! Sejuta topan badai buat kamu! Calon isteriku masih terlihat sangat senewen walau kini tersenyum lebar…
Lha piye tho…, jare sudah kenal lama, sudah mantap. Lha kok baru segitu sudah mewek.. (mau menangis)….”
Calon isteriku tersipu. “Lha Romo juga tega buanget ngerjain aku… Eh, tapi anak itu siapa sebenarnya bapaknya…?”
Lha embuuuh…!” sahut Pastor Kirun seenaknya.
Dasar!

(jujur saja, kisah ini sudah saya hiperbolakan. Selain agar anda betah membaca hingga titik terakhir, juga supaya citra diri saya tidak anjlok terlalu dalem… hahaha….)






original post by anang, yb

Sunday, April 29, 2007

Sisi Lain Tukang Ojek


Macam mana tukang ojek di pikiranmu?
Ugal-ugalan? Wajah memelas? Dekil? Jaket bau keringat menyengat?

Okey.. Tidak salah. Memang rata-rata tukang ojek seperti itulah adanya.
Nah, beberapa hal berikut ini moga-moga memperkaya kamu tentang sosok seorang tukang ojek:

a. Pakaian
Dalam segala keterbatasannya, tukang ojek pun pingin tampil tidak apa adanya. Pakai sepatu selalu agar lebih menawan. Tukang ojek yang paham, menabukan memakai pakaian warna gelap/ hitam-hitam. Rejeki seret, katanya. Penumpang ogah mendekat karena warna hitam cenderung dianggap orang jahat, gitu.
Demikian pula dengan celana jeans. Celana jenis ini juga jarang dipakai, karena berkesan orang ugal-ugalan. Sedapat mungkin mereka memakai celana "licin" seperti orang kantoran.

b. Penghasilan
Rata-rata 100ribu per hari. Mosok? Yap! Tapi ini khusus tukang ojek yang mangkal di mulut pintu tol. Itu juga musti ugal-ugalan, selip sana-sini, pasang badan di depan bis yang melaju, dan tidak takut ditabok popor senapan milik Brimob yang suka jaga di pintu tol.
Yang rada kalem, bisa dapat 20-35ribu per hari, dengan jadual mangkal dari jam 5 sore hingga 7 malem. Tidak perlu selip sana sini. Cukup mangkal, duduk di sadel dan tebar pesona dengan senyum manis.

c. Tarif
Termurah tiga ribu perak. Tampaknya ada korelasi antara waktu tempuh dengan tarif. Untuk jarak dari pinto tol Bekasi timur ke perumahan Pondok hijau tarifnya tiga ribu saja. Karena cepat, paling tiga menit sudah sampai depan rumah.
Untuk menuju ke Perumahan Dukuh Zamrud ongkosnya 15ribu rupiah, waktu tempuh 15 menit.
Jadi satu menit seribu perak ya..?

d. Latar belakang
Di Jabotabek, sebagian besar tukang ojek adalah pendudk asli yang tidak punya lagi tanah garapan. Rata-rata karena sawah dan kebun sudah terjual untuk lahan perumahan.
Ada juga pendatang yang ikut mengadu nasib menjadi tukang ojek, walau sejatinya bukan profesi ini yang diimpikan saat meninggalkan kampung halaman.
Beli motor -saat ini- sedemikian gampangnya. Bahkan rata-rata dapat kredit tanpa uang muka. Tidak mutlak harus punya SIM.

e. Legalitas
Ojek bukan moda transportasi yang direstui UU. Tapi susahnya minta ampun untuk diberantas. Tukang ojek tidak disiplin? Yang ini mah sudah tahu sama tahu. Profesi apapun di negeri ini selalu dilekati dengan cerita tentang ketidakdisplinan.
Polisi yang paling sering dibuat naik darah. Untuk membuat kapok tukang ojek yang 'pecicilan' (sraduk-sruduk) banyak cara dilakukan polisi. Mulai dari menyuruh push up, menyanyi Indoensia Raya di perempatan jalan hingga yang lagi trend adalah mengisi tangki bensin tukang ojek dengan air comberan... Apa tukang ojek lantas jadi kapok?
Hehe.. tanya deh pada rumput yang bergoyang....
original post by anang, yb

Wednesday, April 25, 2007

Cosa Sudah Diwawancarai


Cosa Aranda makin berkibar saja. Peblogger yang hobi berbagi ilmu ini baru saja diwawancarai jurnalis Radio Singapore International siaran bahasa Indonesia.

Hmm, siapa sih Cosa?

Ah, dia bukan siapa-siapa. Bukan selebritis bukan pula anggota dewan, bukan pula dekan di Jatinangor. Dia masih sekadar peblogger. Orang yang memilki konsistensi untuk menulis secara berkala lewat blog. Untungnya tulisan dia bukan sekadar deretan hahahihi layaknya blog ABG, bukan pula sederet puisi yang hanya dimengerti oleh penulisnya, bukan pula sekadar kumpulan lirik lagu pemancing dollar lewat Adsense.

Cosa menulis tentang dunia internet marketing. Dan itu disuka banyak orang, lebih-lebih karena Cosa seolah tanpa beban berbagi ilmu begitu saja, dan itu membuat orang makin suka.

Cosa yang dulunya bukan siapa-siapa kini lebih tenar. Berkat blog? Yap! Berkat karya tulis? Tentu saja…

Minggu lalu seorang wartawan dengan susah payah mencari rumah saya yang berada di pelosok Bekasi. Konon dia tertarik dengan salah satu tulisan saya di blog ini. Tulisan tentang ponsel yang saya pakai bertualang di Natuna.

“Mas, saya pingin denger cerita tentang ponsel yang paling disuka para petualang,” kata dia lewat telepon sehari sebelum dia datang ke rumah. Oke. Kami pun janjian.

Ini kali kedua saya didatangi wartawan karena sesuatu yang saya tulis. Sekian tahun lalu, gara-gara artikel saya tentang GPS dimuat di Kompas saya dikontak redaksi majalah KomputerAktif (alm). Senang juga bisa ngobrol panjang lebar plus mempraktekkan GPS di atap gedung Kompas-Gramedia di Jl. Gajah Mada, Jakarta. Dan, jadilah tema GPS sebagai laporan utama di KomputerAktif minggu berikutnya.

Jadi? Tekuni saja hasrat menulis via blog. Teruslah berbagi cerita, berita dan kata. Biar banyak orang makin suka.


original post by anang, yb

Saturday, April 21, 2007

PILKADA: jadi Kunci ataukah (masih) Sekadar Gantungan Kunci ?


Bulan lalu saya kehilangan satu kesempatan memperoleh pengalaman baru, jadi panitia pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) di "kampung" saya.

Bukan cuma kesempatan jadi panitia yang menguap, tapi juga kesempatan dapet honor panitia yang (konon) nilanya (saat diterima panitia hanya tinggal) seratus ribu rupiah.
Saya cukup rajin ikut coblosan, termasuk saat milih presiden. Saat itu saya begitu menggebu mensukseskan pemilu sampai-sampai saya tidak mau berlama-lama di bilik pencoblosan. Kasihan yang ngantri di belakang. Jadinya -biar cepat- kartu suara tak perlu saya buka lipatannya. Bluzzz! Tembuslah kartu suara. Ibarat pepatah menggunting eh.. mencoblos dalam lipatan.
Sayangnya, yang begitu tidak bisa saya praktekkan saat Kab. Bekasi ada pilkada. Saya pas melanglang buana di Kepulauan Natuna.

Apakah saya menaruh harapan pada hasil pilkada di Bekasi? Sebetulnya iya, tapi tidak banget-banget.
Saya belum begitu yakin: apa bisa pilkada menjadi KUNCI pembuka pintu menuju Indonesia yang lebih manusiawi, elegan, adil, termasuk menghargai hak-hak saya yang sering dianggap warga minor?
Apa iya, kalau pilkada sukses, dana Bantuan Operasional Sekolah nantinya bisa dicairkan kepala sekolah tanpa disunat orang-orang dinas pendidikan Kabupaten?
Apa iya, nantinya ijin mendirikan rumah ibadah (apapun) bakal semudah ijin mendirikan rumah bilyar?
Apa iya, tidak ada perda aneh-aneh yang bakal bertelur seusai Bupati baru dari partai hitam putih dilantik?

Hemm, bila pilkada tidak juga membawa perubahan yang berarti, itu berarti pilkada barulah sebatas GANTUNGAN KUNCI, asesoris pemanis perjalanan negeri.

original post by anang, yb

Thursday, April 19, 2007

“ngadutrafik 2007″ ulah kegatelan webmaster!


Ngadu jangkrik mah udah biasa sejak jaman nenek moyang. Ngadu rakyat juga udah rutin tiap masa kampanye.
Lha, lantas apaan tuh “ngadutrafik 2007″ ? Semacam balapan di macetnya trafik jalan jakarta?
Jelas ndak to ya...
Ngadutrafik 2007 itu -dengerin nih- semacam lomba adu balap karung di jagad maya.
Kontes ini bakalan ngadu web atau blog. Siapa yang nangkring di urutan paling wahid di search engine, dialah yang bakal dapat hadiah. Bener gitu ya?
Kenapa kontes ini disebut “ngadutrafik 2007″ ? Bisa jadi biar tidak menyinggung perasaan Pedangdut A Rafiq. Soalnya konon kata sahibul hikayat, awalnya kontes ini dinamakan "ngaduArafik 2007".
Gimana kamu?
Gatel juga mau ikutan ngadu trafik ? Ikut aja mumpung gretong.
Oh ya, dosen dan rektor di Jatinangor boleh juga ikutan “ngadutrafik 2007″ kok. Lumayan buat menyalurkan hobi nonton adu fisik mahasiswa!

original post by anang, yb

Wednesday, April 11, 2007

Di internet Anda bisa menemukan banyak tips: mulai dari cara meracik bom hingga mewujudkan kebebasan finansial, konon.


Harian Warta Kota edisi kamis (29/3) menurunkan berita heboh di jagat internet. Sebuah surat elektronik “aneh” beredar di Jakarta. Sang pengirim yang memakai alamat pembunuh @ telkom.net menawarkan jasa membunuh. Dengan kata lain, si pengirim menyatakan dirinya pembunuh bayaran.

Tertarik? Kalau ya, silakan pilih metode yang paling sreg menurut anda: ada modus perampokan, kecelakaan, atau pakai cara tradisional semacam racun.
Biarpun bisa jadi ini sekadar ulah iseng seseorang, tapi tetap saja membuat gerah polisi. Konyolnya, polisi musti memutar otak lebih kencang lagi karena harus mencari delik pidana yang pas untuk kerjaan orang iseng ini. KUHP belum mengatur soal tawaran membunuh orang lain. Hemm, ribet juga ya…

Di awal tahun 2000 –saat Yahoo! masih menjadi mesin pencari teratas- saya menemukan artikel tentang cara meracik bom lewat yahoo! Wow asyik dong! Yap, setidaknya saya menemukan hal baru yang (entah kapan) bisa dicoba. Dari sekian banyak resep membuat bom, ada satu model bom yang sedemikian gampang dibuat.

Namanya bom disket. Bahannya cuma disket, pemulas kuku warna transparan/bening, dan serbuk korek api yang diserut dari pentol korek.
Silakan dikira-kira sendiri cara bikinnya. Saya sih masih hapal luar kepala. Yang jelas dijamin komputer bakal buummm… begitu dia berusaha membaca isi disket.

Tapi sudahlah, tidak perlu terlalu paranoid menghadapi perkembangan internet. Ingatlah pesan Bapak pembangunan kita, H.M. Soeharto: ojo kagetan, ojo gumunan. Jangan gampang kaget, jangan pula gampang terheran-heran.

Memang begitulah watak internet: Alamada. Apa lu mau, gua ada. Tinggal gunakan google atau yahoo! dan dalam sekejap anda bisa menemukan apa yang anda cari. Mulai dari resep masakan, resep bikin bom, resep awet muda, resep memikat lawan jenis, dan… resep mencapai kebebasan finansial selekas mungkin.
Nah, untuk resep yang terakhir itu, Jennie S. Bev -penulis buku bestseller Rahasia Sukses Terbesar- siap berbagi ebook yang tentunya gratis manis. Judulnya rada-rada MLM-minded, Mindset Sukses Jalur Cepat Menuju Kebebasan Finansial

Oke. Bila internet anda kini lagi online, gerakkan saja mouse Anda. Mau nyoba ngontak pembunuh bayaran, nyari tips meracik bom atau subscribe ebook karangan Jennie ? Monggo mawon. ALAMADA!

original post by anang, yb