Friday, September 19, 2008

Makanan kita: Reuse, reduce, dan recycle


Ini bukan cerita soal wisata kuliner, bukan pula soal kemampuan inovasi dari sekelompok masyarakat. Ini adalah daftar panjang dari temuan aneka makanan aneh bin ajaib yang bisa jadi sudah sering kita konsumsi:

- Telur ayam kampung palsu yang dibuat dengan merendam telur ayam biasa di dalam larutan pencuci porselin/kloset
- Siomay dan empek-empek yang dibuat dari daging ikan sapu-sapu
- Daging ayam tiren (mati kemaren/bangkai)
- Bakso yang mengandung borax dan formalin
- Tahu berformalin plus pemutih
- Ikan asin berformalin
- Kerupuk kulit dan kikil yang diolah dari limbah penyamakan kulit
- Jajanan yang diberi pewarna tekstil
- Peredaran gula rafinasi di pedagang pengecer
- Daging sapi gelonggongan; sapi sebelum disembelih digelontor dengan air menggunakan kompresor
- Daging ayam gelonggongan
- Nugget dan sosis yang diolah dari campuran daging, otot, dan tulang binatang yang sebetulnya adalah bahan makanan ternak
- Jus yang berasal dari buah yang dikumpulkan pemulung dari tong sampah hotel, restoran, dan pasar
- Makanan dan lauk hasil daur ulang makanan buangan dari tong sampah hotel, restoran, dan pasar.

Kurang panjang daftar di atas? Sepanjang apa pun daftar makanan aneh tersebut, tampaknya kesabaran kita musti lebih panjang lagi sebab di setiap daerah pastilah ada kreatifitasnya sendiri-sendiri.

Daftar makanan di atas adalah wujud dari aplikasi konsep reduce, reuse, dan recycle khas negara miskin. Bukan mengolah kertas bekas agar menjadi tisu tapi malah mengolah bahan jaket menjadi kerupuk kulit!

Tak ada tips yang bisa saya tularkan kepada anda untuk menghindari makanan sampah di atas kecuali baliklah ke dapur anda. Makanan yang dimasak sendiri tentulah relatif tidak terlalu buruk dibandingkan makanan jadi. Setidaknya ada bumbu cinta di dalamnya :)


original post by anang, yb

6 comments:

Bintang said...

kalo baca daftar makanan diatas jadi ngeri banget..padahal pas mudik ke indo, diotak neh pengennya makanan yang di jalanan gitu deh..ngiler aja bawaannya..

Anang, yb said...

@ bintang: nggak perlu sampai parno, mbak. tetep aja makan tapi cari tempat yg udah punya nama dan bersih :)

Hani Smaragdina said...

Duh bener kang, mendingan masak ndiri atau kalo gak sempet sih sebelum beli makanan yah diperatiin dulu gimana2nya seperti misalnya, penjualnya, bentuk makanannya, kebersihannya, dll. Plus, jangan jadi paranoid...waspada dan hati2 lebih diutamakan. Setuju gak Kang ?

nandien said...

hmmm,,,selalu ada cinta dalam masakan yang dibuat sendiri (akang saya setuju banget tuh kak) ^_^

senyum terus ya kak :)

Jobs vacancy said...

(hmmm,,,selalu ada cinta dalam masakan yang dibuat sendiri) jadi inget kata2 ibuku .... , makan yg di buat sendiri sudah pasti terjaga kebersihan , kesehatan dll

setuju gak ??????

fahry said...

weh.....
glek...
jadi males jajan
heuehuee